Integrasi Peternakan dengan lahan Pertanian


 Salah satu upaya untuk mewujudkan pengembangan ekonomi daerah tertinggal yakni dengan cara pembangunan kawasan produksi berbasis komoditas unggulan. Peternakan sapi potong dapat menjadi salah satu komoditas unggulan yang layak dikembangkan guna meningkatkan pendapatan masyarakat daerah tertinggal. Selama ini, sebagian besar pola peternakan sapi potong rakyat masih menggunakan pola tradisional dan belum tersentuh inovasi teknologi tepat guna. Masyarakat masih menganggap ternak sapi hanya sebagai alat bantu dalam pengolahan lahan pertanian. Cara beternak yang masih individual dengan pola pemeliharaan di dekat rumah tinggal dan pemberian pakan seadanya mengakibatkan populasi ternak dan produktifitasnya relatif kurang berkembang. Pola pemeliharaan ternak sapi potong rakyat selama ini perlu diubah guna mempercepat peningkatan produktifitasnya. Pertanian organik terpadu berbasis peternakan terbukti sangat menguntungkan. Integrasi ternak dengan lahan pertanian merupakan upaya percepatan pengembangan peternakan dengan penerapan keterpaduan antar komoditas ternak dengan usaha tanaman pangan, perkebunan dan perikanan yang saling menguntungkan berupa limbah usaha tanaman pangan, perkebunan dan perikanan yang digunakan sebagai pakan ternak untuk ternak dan kotoran ternak dalam bentuk kompos yang digunakan untuk meningkatkan kesuburan lahan pertanian. Kegiatan pertanian terpadu membutuhkan bahan organik dalam jumlah banyak. Dari kegiatan penggemukan sapi potong dapat dihasilkan bahan organik berupa pupuk kandang dan pupuk cair. Sebagai gambaran, dari 3 ekor sapi dapat dihasilkan kotoran yang dapat dipakai untuk memupuk 5 Ha sawah per tahun. Selain itu, dengan teknologi sederhana kotoran ternak dapat juga dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif menjadi biogas.

Budidaya Cacing Sutra


Budidaya ikan cupang adalah usaha yang saya tekuni kali ini. Jadi yang berhubungan dengan ikan cupang
terutama makanannya akan saya postingkan, insyaallah. Kali ini tentang cacing sutra sebagai makanannya. Akan dibagikan
kepada anda melalui Blogiztic tentang cara mudah budidaya cacing sutra yang dimanfaatkan sebagai makanan cupang.
Manfaat cacing sutra untuk ikan cupang lumayan banyak diantaranya memperkokoh ekor dan membuat mental ikan cupang
anda lebih berani. Maka dari itu cacing sutra sangat penting bila dijadikan makanan. Dan tak ada salahnya jika kita membuka
budidaya cacing sutra karena tidak terlalu repot untuk pengelolaannya. Apa yang harus diperhatikan dapat kita simak pada
wacana berikut ini.
Habitat Cacing Sutra
Cacing ini hidup pada subtrat lumpur dengan kedalaman 0 – 4 cm dengan perincian dibagi menjadi kedalaman 2-4cm.
Seperti hewan air lain bahwa air memegang peranan penting buat kelangsungan hidup cacing ini. Untuk parameter optimal
cacing sutra bisa diperhatikan data berikut:
pH : 5,5 -8,0
Suhu : 25 – 28 C
DO(oksigen terlarut) : 2,5 – 7,0 ppm
Amoniak : <3,6 (kalau sampai lebih, cacing bisa mati)
Makanan Cacing Sutra
Karena cacing sutra termasuk makhluk hidup, tentunya cacing sutra tersebut juga butuh kaman. Makanannya adalah bahan
organik yang bercampur dengan lumpur atau sedimen di dasar perairan. Cara makan cacing sutra adalah dengan cara
menelan makanan bersama sedimennya dan karena cacing sutra mempunyai mekanisme yang dapat memisahkan sedimen
dan makanan yang mereka butuhkan.
Persiapan Alat dan Bahan Budidaya
Pemupukan
berikut adalah cara membuat pupuk untuk cacing sutra, akan dijelaskan step by step berikut ini:
Pertama ente cari dah tuch yang mananya peternakan ayam. Ente beli yang namanya tokai ayam – kalau ane
dapet dari peternakan di Fakultas peternakan IPB dan itu gratis trus ente jemur 6 jam.
Trus Ente cari bakteri yang buat fermentasi tuch Tokai namanya (EM4) ente coba aja cari di toko pertanian atau
toko peternakan atau balai peternakan
Ente aktifin dulu tuch bakteri caranya ¼ sendok makan gula pasir + 4ml EM4 + dalam 300ml air trus ente
diemin bentar aja 2 jam aja cukup
Trus ente campur cairan itu ke 10kg tokai yang dah di jemur tadi – inget ya ngaduknya harus rata
Trus masukin ke wadah yang ketutup rapet selama 5 hari baru ente guna’in
Kalau anda mempunyai pertanyaan kenapa harus fermentasi, maka jawabannya adalah singkat kerena dengan
fermetasi maka kandungan N-organik dan C-organik bakal naik sampai 2 kali lipat.
1.
Wadah
Wadah atau tempat dipake berukuran 80 x 20 x 15 (PxLxT) dan anda bisa membuat wadah tersebut dari kolam,
plastik, terpal, dll.
Cara Kerja
Persiapan Wadah
Wadah diisi lumpur sebanyak 3 liter (3,7kg) beserta pupuk tokai 3 liter juga (3kg) diaduk-aduk sampai rata lalu
disebar supaya tingginya mencapai 4 cm.
1.
2.
Pemasukan Air
Masukkan air sampai tingginya 2 cm dari subtrat lalu diamkan selama 10 hari dan biarkan bakteri yang bekerja
tapi jangan lupa dengan yang namanya aerasi tambah lagi kalau bisa dibuatlah aliran air.
2.
Penebaran Cacing
Setelah 10 hari tersebut, tebar cacing tersebut ke wadah yang sudah disediakan. Saran saya bagilah cacing
menjadi gerombolan-gerombolan yang terpisah lalu disebar ke wadah.

Budidaya kutu air (Dhapnia)


Daphnia atau kutu air merupakan salah satu pakan alami yang sangat bermanfaat untuk budidaya benih. Daphnia
mengandung protein yang tinggi yang mampu mempercepat laju pertumbuhan ikan. Daphnia dapat dikultur atau dibudidaya
dengan mudah dengan bantuan kotoran ayam atau burung puyuh.
Persyaratan Hidup
Daphnia hidup pada selang suhu 18-24 C. Daphnia membutuhkan pH yang sedikit alkali yaitu pH 6,7 – 9,2. Sepertii makluk
hidup akuatik lainnya pH tinggi dan kandungan amonia tinggi dapat bersifat mematikan bagi Daphnia.
Daphnia membutuhkan suplay oksigen untuk pertumbuhan dan perkembangbiakannya. Jika oksigen dalam perairan kurang
mencukupi Daphnia akan membentuk hemoglobin. Pada kondisi tersebut Daphnia akan berwarna merah. Kurangnya supay
oksigen dapat menyebabkan kematian pada Daphnia.
Kultur Daphnia di bak
Daphnia bisa di kultur dalam bak baik bak tembok. Caranya,
siapkan sebuah bak tembok berukuran panjang 4 m, 1. lebar 3 m dan tinggi 0,5 m
2. keringkan selama 3 hari;
3. isi air setinggi 30 – 35 cm dan hentikan bila sudah penuh;
4. masukan 2 ember kecil kotoran ayam atau puyuh yang sudah kering;
5. tebarkan 0,5 liter induk Daphnia;
6. biarkan berkembang sendiri; panen pada hari ke 7 – 12 dari penebaran;
7. Panen dilakukan dengan sekup net halus.
8. Hasilnya ditampung dalam ember atau baskom.
Setiap bak dengan ukuran di atas dapat menghasilkan Daphnia senanyak 10 kg dan puncaknya bisa menghasilkan 2 kg
sehari. Agar bisa berkembang lagi, maka dilakukan pemupukan ulang selama 1 minggu sekali dan panen bisa dilakukan pada
hari ke 5 atau tergantung populasinya.
Catatan : Induk Daphnia bisa diperoleh di perairan yang banyak mengandung bahan organik, misalnya sawah dan solokan
yang airnya tergenang.
Kultur Daphnia di kolam tanah
Daphnia bisa juga dikultur di kolam tanah. Bahkan hasilnya bisa melebihi Dapnia yang dikultur di bak. Caranya, 1. siapkan
kolam tanah ukuran 100 m2; 2. keringkan selama 4 – 5 hari; 3. isi air setinggi 40 – 60m dan hentikan bila sudah penuh; 4.
tebarkan 2 karung kotoran ayam atau puyuh yang sudah kering; 5. tebarkan induk 2 liter induk Daphnia; 6. biarkan
berkembang sendiri; 7. panen pada hari ke 7 – 12 dari penebaran induk.
Seperti di bak, panen dilakukan dengan sekup net halus. Namun sekup net itu telah diberi tangkai dari bambu atau kayu.
Hasilnya ditampung dalam ember atau baskom. Sebuah kolam seukuran di atas dapat menghasilkan Daphnia senanyak 40 kg
dan puncaknya bisa menghasilkan 5 kg sehari. Agar bisa berkembang lagi, maka dilakukan pemupukan ulang dan panen bisa
dilakukan pada hari ke 5 atau tergantung populasinya.
Pengawetan
Budidaya pakan alami seperti halnya Daphnia kadang dipanen pada waktu yang kurang tepat dengan budidaya yang
dilakukan. Untuk menyingkapi hal tersebut maka Daphnia yang di panen dapat diawetkan terlebih dahulu hingga menunggu
waktu yang tepat untuk diberikan pada ikan. Pengawetan yang dilakukan untuk Daphnia yaitu pengawetan dengan cara
dibekukan. Pembekuan tersebut tidak akan mengurangi kandungan gizi pada Daphnia dan tidak menggunakan bahan kimia
berbahaya sehingga dapat diberikan pada ikan sewaktu-waktu. Cara pengawetannya sebagai berikut :
siapkan kantong plastik 1. bening untuk tempat Daphnia;
2. ambil Daphnia yang telah siap panen dengan sekop halus;
3. biarkan hingga air yang ikut terbawa pada sekop keluar (tiriskan);
4. masukkan Daphnia tersebut dalam kantong plastik yang sudah disiapkan;
5. lipat plastik hingga tidak terjadi kebocoran atau dapat digunakan plaster;
6. masukkan pada frezer;
7. berikan Daphnia yang sudah diawetkan tersebut pada waktu yang tepat.
Sebelum diberikan pada ikan, Daphnia yang masih beku direndam dalam baskom yang berisi air agar meleleh. Setelah itu
baru diberikan pada ikan. Pengawetan tersebut dapat bertahan 1 minggu. jika terlalu lama kandungan gizi pada Daphnia akan
rusak.
Sumber: http://benihikanku.blogspot.com/2009/12/budidaya-daphnia-kutu-air.html

Karakteristik Morfologi Serangga


Umumya tubuh serangga terbagi atas 3 ruas utama tubuh (caput, torak,
dan abdomen). Morfologi Serangga pada bagian kepala, terdapat mulut,
antena, mata majemuk (faset) dan mata tunggal (ocelli). Pada bagian
torak, ditemukan tungkai 3 pasang dan spirakel. Sedangkan di bagian
abdomen dapat dilihat membran timpanum, spirakel, dan alat kelamin
(Arnest dkk 1981) (Gambar rajah 1).
Pada bagian depan (frontal) apabila dilihat dari samping (lateral) dapat
ditentukan letak frons, clypeus, vertex, gena, occiput, alat mulut, mata
majemuk, mata tunggal (ocelli), postgena, dan antena (Gambar rajah 2 & 2).
Sedangkan toraks terdiri dari protorak, mesotorak, dan metatorak dan
embelan-embelannya. Dibagian ini ditemukan letak tungkai dengan ruasruasnya
seperti coxa, throchanter, femur, tibia, tarsus dan pretarsus.
Sayap dengan letak pembuluh membujur dan melintang, notum pleuron,
sternum, pescutum, scutum, dan postscutellum.
Abdomen serangga berruas-ruasnya dengan embelan-embelan, serta alat
kelamin. Letak tergum, pleural membran, sternum, spirakel, epiproct,
cercus, paraproct, valvula 1,2,3 dan valviler 1 & 2 dan ovipositor dapat
dengan mudah terlihat dan ditentukan pada belalang (Valanga nigricornis
sp).

 

Manfaat dan Peranan Serangga


Serangga memiliki protein yang tinggi, energi, dan sejumlah vitamin dan
mineral. Penelitian tentang pemanfaatan serangga sebagai salah satu
sumber makanan sudah lama dilakukan. Salah satunya dilakukan oleh
WS Bristowe pada tahun 1932 yang meneliti di Laos dan Siam (dikenal
dengan Thailand). Jenis serangga yang dikonsumsi bervariasi dan dalam
jumlah yang sangat banyak, antara lain: (1) binatang air kecil (sejenis
kepiting); (2). belalang; (3). Laba-laba; (4). Lipas; (5). Jangkrik; (6).
Kumbang; (7). Lebah Madu; (8). Anai-Anai; (9). Rayap; (10). Semut;
(11). Kutu; dan (12). Ulat bulu.
Di Thailand, serangga dikonsumsi dalam bentuk telur, larva, atau dewasa,
baik mentah maupun sesudah dipanggang, direbus, atau digoreng.
Mereka memasaknya dengan beberbagai jenis bumbu antara lain bawang
putih,daun jeruk, buah jeruk, garam, dna saos kari udang, yanag adapat
meningkatkan aroma dan cita rasa dari serangga. Salah satu jenis bumbu
saos yang terkenal adalah Saos Nam Phala (terbuat dari campuran
udang). Serangga tersebut dikonsumsi berbagai lapisan masyarakat,
termasuk kalangan istana di Bangkok.
Kebiasaan mengkonsumsi serangga juga dikenal di Indonesia, namun
hanya pada golongan masyarakat tertentu, dan pada skala terbatas. Ada
beberapa jenis serangga yang sangat populer dan diusahakan komersil,
seperti lebah madu, jangkrik, rayap, ulat sutera, dan semut. Jenis serangga
lainnya belum dibudidayakan, tetapi diburu di alam seperti belalang,
laba-laba, kutu, kumbang kelapa, dan ulat sagu. Ulat sagu sangat
digemari oleh masyarakat Ambon karena rasanya manis, lunak dan lezat.
Bahkan Prof. Dr. Ir. Dodi Nadika, pakar rayap IPB menjadikan
Cryptotermes cynocepphalus light (Rayap Kayu Kering = RKK) sebagai
permen. RKK mengandung protein yang cukup tinggi, sekitar 14.2 persen
dari bobot basah tubuh atau 55.7 persen dari bobot kering tubuh,
karbohidrat 10.2 persen, dan lemak 25.2 persen terhadap bobot kering
tubuh. Pembuatannya dilakukan dari pekatan protein dicampur HFS
(sirup fruktosa tinggi, dimasak pada suhu 70-100 derajat celcius,
ditambahkan gelatin, dilakukan proses penghilangan busa, pendinginan,
dan pencetakan.
Penggemar lebah madu/tawon mengambil madu, lilin tawon, susu madu,
perekat lebah bernilai ekonomis, dan larvanya dengan cara berburu di
alam. Banyak warga mengkonsumsi larva, mencampurnya dengan
gandum seperti pembuatan bakwan yang digoreng (Rismunandar 1981).

Belalang dan jangkrik digemari penduduk Indonesia di kawasan timur.
Mereka memenggang atau menyangrainya, rasanya lembut dan segurih
udang.
Peluang dan prospek memanfaatkan serangga sebagai sumber protein
hewani sangat besar. Dari hasil analisis ternyata berabgai jenis serangga
mempunyai kandungan protein dan lemak yang tinggi. Sebagai contoh,
laba-laba mengandung protein sebesar 64.3 persen dan lemak sebanyak
9.8 persen.
Pada kondisi krisis ekonomi saat ini, mengkonsumsi serangga merupakan
salah satu alternatif yang baik. Persoalannya, masih banyak warga
masyarakat kita belum terbiasa melakukannya. Penduduk pada beberapa
kawasan di Indonesia (seperti Irian) mengkonsumsi belalang sebagai
sumber lauk sehari-hari, namun tidak populer di kawasan lainnya. Maka
perlu dimasyarakatkan cara mengolah dan memasaknya untuk
mendapatkan cita rasa yang nikmat. Dari sudut pandangan agama,
mengkonsumsi serangga bukan hal yang diharamkan. Prospek
pemanfaatn serangga terbuka luas. Kebutuhan konsumsi bisa
ditingkatkan lewat kampanye penyadaran sedang sedian serangga masih
sangat besar dan biaya investasi relatif sangat kecil. Serangga sangat
mampu beradaptasi dengan lingkungannya, pengelolaan relatif mudah,
cukup dengan menggunakan teknologi sederhana. Munculnya peluang
wisata konsumsi makanan dari berbagai jenis serangga adalah suatu
keunggulan komparatif.
Jangkrik dan semut dijadikan sumber makanan protein hewani, selain
sebagai pakan burung, ikan hias, udang, umpan pancing, dan banyak
spesies lainnya yang berguna bagi kehidupan. Serangga juga membantu
proses penyerbukan pada berbagai macam tanaman, di samping berperan
sebagai pengurai (dekomposer), bioindikator lingkungan, membantu di
bidang kesehatan, dan bernilai ekonomis sebagai bahan perhiasan dan
diperjualbelikan.
Serangga berperan di bidang pertanian, seperti melakukan penyerbukan
yang dilakukan lebah (Rismunandar 1981), SPKS Elaeidobius
kamerunicus dan Thrips hawainensis. Serangga penyerbuk coklat
(Forcipornyia spp), bersifat predator, parasitoid ataupun musuh alami
pada tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan (Kusumah 1994).