Atasi Stres Panas pada Sapi


Seperti kita ketahui bahwa salah satu faktor yang berpengaruh pada produksi susu sapi adalah lingkungan (suhu dan kelembaban udara). Ternak sapi memerlukan kondisi lingkungan yang nyaman dengan suhu dan kelembaban yang optimum agar dapat memaksimalkan produksi susunya.

Apabila ternak berada diluar kondisi nyaman maka ternak tersebut dapat mengalami stres. Di daerah tropis seperti Indonesia, stres banyak terjadi diakibatkan oleh panas (heat stress). Mengingat suhu udara dan kelembaban harian di negara kita cukup tinggi yaitu berkisar 24-34⁰C dan 60–90%. Sementara jenis sapi yang banyak dipelihara oleh peternak kita adalah sapi jenis FH (Fries Holland) yang dalam pemeliharaannya memerlukan suhu ideal 18.3 ⁰C dan kelembaban 55% untuk performa maksimalnya.

Sapi yang mengalami heat stress akan mengalami penurunan asupan pakan, peningkatan asupan minum, peningkatan respirasi,serta mengeluarkan lebih banyak air liur, keringat dan urin. Jika dibiarkan berlanjut dapat meningkatkan risiko terjadinya asidosis (penurunan pH darah), penurunan asupan bahan kering (Dry Matter Intake/DMI) sehingga dapat mengakibatkan penurunan produksi susu, gangguan reproduksi dan kesehatan.

Hal-hal yang dapat dilakukan untuk menanggulangi heat stress pada ternak sapi diantaranya:

  1. Penempatan ternak pada kandang yang teduh dan dilengkapi dengan kipas.
  2. Pemberian air minum yang bersih, segar,dan dingin, hal ini dilakukan karena kebutuhan air minum pada saat heat stress akan berlipat ganda dibandingkan keadaan normalnya.
  3. Mempertahankan konsumsi pakan dengan cara meningkatkan kualitas nilai nutrisi, memberikan pakan yang segar dan bersih, serta meningkatkan jumlah pemberian pakan pada saat kondisi udara dingin.
  4. Pemberian suplemen mineral natrium dan kalium untuk mengganti mineral yang hilang akibat respirasi pengeluaran keringat dan atau urin yang berlebih.
  5. Mengurangi asupan serat sehingga rumen dapat berfungsi dengan baik.
  6. Pemberian pakan yang mengandung energi tinggi.
  7. Pemberian feed additive yang tepat agar dapat memodifikasi fungsi rumen dan menstabilkan pH rumen dengan baik,sehingga kesehatan rumen terjaga yang akhirnya dapat mencegah terjadinya asidosis.

Terkait feed additive, Alltech memiliki feed additive yang tepat untuk digunakan yaitu Yea-Sacc1026. Produk Yea-Sacc1026 merupakan kultur yeast hidup jenis Saccharomyces cerevisiae strain 1026 yang terbukti dapat meningkatkan DMI, memelihara performa,dan menstabilkan pH rumen selama heat stress.

Termasuk juga dapat membantu menurunkan fluktuasi pH rumen dengan cara menstimulasi bakteri yang mengubah asam laktat menjadi asam propionate. Yea-Sacc1026 ini sangat dikenal sebagai rumen modifier yaitu produk yang dapat dijadikan solusi untuk menanggulangi asidosis pada sapi perah terutama yang disebabkan oleh heat stress.

Berdasarkan data ilmiah diketahui bahwa bahwa pemberian Yea-Sacc1026 pada sapi perah yang mengalami heat stress dapat meningkatkan DMI sebanyak 0.8 kg/ekor/hari, produksi susu sebanyak 2.4 kg/ekor/hari, protein sebanyak 0.06 kg/ekor/hari,dan efisiensi pakan 3.8%. Kami berharap dengan menggunakanYea-Sacc1026 bisa ikut memberikan andil atas keberhasilan peternakan bapak, apalagi menjelang bulan Ramadhan tentu permintaan susu meningkat.

sumber : TROBOS.COM

Karkas Sapi Lebih Banyak dengan Bio-Chrome


Memang tujuan utama dalam penggemukan dan pemotongan sapi adalah memperoleh pertambahan bobot sapi dan persentase karkas yang lebih tinggi serta daging yang berkualitas.  Seekor ternak potong akan memiliki nilai jual tinggi apabila produksi karkas yang dihasilkan juga tinggi dengan kandungan lemak yang rendah.

Selain faktor nutrisi, banyak faktor yang dapat mempengaruhi produksi karkas seekor ternak diantaranya umur pemotongan, bobot hidup, jenis kelamin,dan bangsa ternak.  Program pemberian pakan yang baik dan benar yang ditunjang dengan nutrisi yang baik sangat diperlukan. Langkah tersebutdapat menjadi solusi agar tercapainya pertumbuhan bobot badan harian sertapembentukan daging yang optimal dengan komposisi karkas rendah lemak.

Pemberian feed additive (imbuhan pakan) berupa mineral kromium (Cr) pada pakan dapat dilakukan. Hal ini karena kromium berperan dalam metabolisme karbohidrat, lemak,dan protein sehingga mempunyai pengaruh yang besar terhadap komposisi karkas, pertumbuhan bobot badan, stress,  kekebalan, serta berat karkas.

Secara teori, kromium merupakan komponen faktor aktif GTF (Glucose Tolerance Factor) yang mengaktifkan insulin dalam pemindahan glukosa dari sirkulasi ke dalam jaringan peripheral.  GTF Cr esensial berfungsi untuk metabolisme normal karbohidrat, protein,dan lipid.GTF berinteraksi dengan hormon pankreas (insulin) untuk mengatur pengambilan glukosa oleh sel, merangsang pembentukan energi dari glukosa terutama pada otot, meningkatkan pembentukan protein, dan menurunkan kadar lemak darah.Peningkatan glukosa ke dalam sel akan memberikan energi tambahan bagi metabolisme tubuh, sehingga pertumbuhan menjadi lebih baik dan menurunkan persentase lemak karkas.

Melihat fenomena tersebut, Alltech membuat produk kromium organik yang bernama Bio-Chrome.  Bio-Chrome merupakan kromium organik asal yeast (ragi) yang dapat meningkatkan performa dan karakteristik karkas pada sapi potong.  Berbeda dengan kromiuminorganic yang ada dipasaran, bentuk organikBio-Chrome dapat mudah diserap tubuh, tidak bersifat racun, dan mempunyai bioavailability (ketersediaan dalam tubuh) tinggi.

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk membuktikan efikasi Bio-Chrome, salah satunya pernah dilakukan oleh Pollard dan Richardson (1997). Hasil penelitian tersebut memperlihatkan bahwa pemberian Bio-Chrome pada pakan sapi potong dapat meningkatkan performa (berat badan harian, dry water intake, efisiensi pakan) dan karakteristik karkas (meningkatkan area otot longisimus, berat karkas, deposisi protein karkas,dan menurunkan persentase lemak).

Menurut Hossein (1998), pemberian kromium organik dalam bentuk kromium yeast dapat memperbaiki FCR (konversi pakan), meningkatkan berat karkas, menurunkan kematian,dan lemak abdominal.  Kandungan kromium dalam Bio-Chrome yang relatifberbeda dibandingkan dengan kromium inorganic lainnya menyebabkan dosis Bio-Chrome relatiflebih rendah pula. Hal ini berpengaruh pula terhadap aspek ekonomis pemakaian mineral kromium dalam pakan.

Sumber : trobos.com