Detik Terakhir


Perpisahan itu akan selalu ada, karena kita pernah berjumpa, bersama, dalam canda tawa dan bahagia.  Setiap tetes airmata yang tertumpah di hari ini, akan menjadi saksi atas jalinan ukhuwah yang selama ini kita simpul seerat-eratnya.

Tak ada kata yang pantas terucap sahabat….. hanya derai bening yang selalu bertaburan, mengucap selamat jalan, silakan lanjutkan perjuanganmu ke arah yang lain, ditempat yang baru, yang akan menjadi jarak pertemuan kita.

Hari ini, jiwa dan naluri kita kembali terluka atas perpisahan raga.  Namun percayalah sahabat….. hati kita akan selalu terikat.  Jalinan ukhuwahnya akan semakin erat, semakin jauh ragamu melangkah, semakin hatimu mendekat.

Tidak usah terlalu bersedih, sahabat….. berbahagialah, karena engkau akan menemukan suasana yang baru, bukan disini lagi, tapi disana.  Cukuplah setiap kenangan yang telah kita tanam, akan menjadi kenangan yang tumbuh subur, menyemaikan benih-benih cita diantara kita.  Karena kita tak harus disini, kita tak harus selalu bersama, kita harus melanjutkan langkah ini, mungkin ke tempat yang lain, yang siap untuk kita tapaki.

Perkuat langkahmu sahabat….. yakinkan diri dan hatimu, hari esok pasti lebih cerah, hari esok adalah harapan yang harus diraih.  Pandang senyumannya yang lebar, tatap wajahnya yang ceria, hari esok adalah bahagia.  Yakinlah sahabat, cinta dan cita kita selalu bersatu.  Kita akan bersatu selamanya, dalam cahaya persahabatan ini.

Sahabat….. segala rindu yang akan muncul, segala nafas yang akan berhembus, segala harapan yang akan kita raih, segala langkah yang akan kita ayunkan, yakinlah disana ada sukses. Di sana ada keberkahan, dan di sana pasti ada cinta.

Sahabat….. biarkan aliran airmata ini jatuh sesukanya, biarkan dia mengalir, mengucap kata seindah-indahnya.  Biarkan dia, karena airmata tak berarti sedih, airmata tak berarti duka, airmata adalah juga lambang bahagianya hati.  Biarkan dia menemani kita di hari ini.  Biarkan…..Karena dia memang hadir untuk ini, untuk sebuah perpisahan.

Sahabat….. selamat melanjutkan langkahmu, selamat berjumpa lagi di tangga kesuksesan, dalam senyum yang lebih indah…

(dedicated to FAPERTAPET/06 UIN SUSKA)

10 Penyakit Mental Manusia


1. MENYALAHKAN ORANG LAIN Itu penyakit P dan K, yaitu Primitif dan Kekanak-kanakan. Menyalahkan orang lain adalah pola pikir orang primitif. Di pedalaman Afrika, kalau ada orang yang sakit, yang Dipikirkan adalah : Siapa nih yang nyantet ? Selalu “siapa” Bukan “apa” penyebabnya. Bidang kedokteran modern selalu mencari tahu “apa” sebabnya, bukan “siapa”. Jadi kalau kita berpikir menyalahkan orang lain, itu sama dengan sikap primitif. Pakai koteka aja deh, nggak usah pakai dasi dan jas. Kekanak-kanakan. Kenapa ? Anak-anak selalu nggak pernah mau disalahkan. Kalau ada piring yang jatuh,” Adik tuh yang salah”, atau ” mbak tuh yang salah”. Anda pakai celana monyet aja kalau bersikap begitu. Kalau kita manusia yang berakal dan dewasa selalu akan mencari sebab terjadinya sesuatu. 2. MENYALAHKAN DIRI SENDIRI Menyalahkan diri sendiri bahwa dirinya merasa tidak mampu. Ini berbeda dengan MENGAKUI KESALAHAN. Anda pernah mengalaminya ? Kalau anda bilang tidak pernah, berarti anda bohong. “Ah, dia sih bisa, dia ahli, dia punya jabatan, dia berbakat dsb, Lha saya ini apa ?, wah saya nggak bisa deh. Dia S3, lha saya SMP, wah nggak bisa deh. Dia punya waktu banyak, saya sibuk, pasti nggak bisa deh”. Penyakit ini seperti kanker, tambah besar, besar di dalam mental diri sehingga bisa mencapai “improper guilty feeling”. Jadi walau yang salah partner, anak buah, atau bahkan atasan, berani bilang “Saya kok yang memang salah, tidak mampu dsb”. Penyakit ini pelan-pelan bisa membunuh kita. Merasa inferior, kita tidak punya kemampuan. Kita sering membandingkan keberhasilan orang lain dengan kekurangan kita, sehingga keberhasilan orang lain dianggap Wajar karena mereka punya sesuatu lebih yang kita tidak punya. 3. TIDAK PUNYA GOAL / CITA-CITA Kita sering terpaku dengan kesibukan kerja, tetapi arahnya tidak jelas. Sebaiknya kita selalu mempunyai target kerja dengan milestone. Buat target jangka panjang dan jangka pendek secara tertulis. Ilustrasinya kayak gini : Ada anjing jago lari yang sombong. Apa sih yang nggak bisa saya kejar, kuda aja kalah sama saya. Kemudian ada kelinci lompat-lompat, kiclik, kiclik, kiclik. Temannya bilang: “Nah tuh ada kelinci, kejar aja”. Dia kejar itu kelinci, wesss…., kelinci lari lebih kencang, anjingnya ngotot ngejar dan kelinci lari sipat-kuping (sampai nggak dengar / peduli apa-apa), dan akhirnya nggak terkejar, kelinci masuk pagar. Anjing kembali lagi ke temannya dan diketawain. “Ah lu, katanya jago lari, sama kelinci aja nggak bisa kejar. Katanya lu paling kencang”. “Lha dia goalnya untuk tetap hidup sih, survive, lha gua goalnya untuk fun aja sih”. Kalau “GOAL” kita hanya untuk “FUN”, isi waktu aja, ya hasilnya cuma terengah-engah saja. 4. MEMPUNYAI “GOAL”, TAPI NGAWUR MENCAPAINYA Biasanya dialami oleh orang yang tidak “teachable”. Goalnya salah, focus kita juga salah, jalannya juga salah, arahnya juga salah. Ilustrasinya kayak gini : ada pemuda yang terobsesi dengan emas, karena pengaruh tradisi yang mendewakan emas. Pemuda ini pergi ke pertokoan dan mengisi karungnya dengan emas dan seenaknya ngeloyor pergi. Tentu saja ditangkap polisi dan ditanya. Jawabnya : Pokoknya saya mau emas, saya nggak mau lihat kiri-kanan. 5. MENGAMBIL JALAN PINTAS, SHORT CUT Keberhasilan tidak pernah dilalui dengan jalan pintas. Jalan pintas tidak membawa orang ke kesuksesan yang sebenarnya, real success, karena tidak mengikuti proses. Kalau kita menghindari proses, ya nggak matang, kalaupun matang ya dikarbit. Jadi, tidak ada tuh jalan pintas. Pemain bulutangkis Indonesia bangun jam 5 pagi, lari keliling Senayan, melakukan smesh 1000 kali. Itu bukan jalan pintas. Nggak ada orang yang leha-leha tiap hari pakai sarung, terus tiba- tiba jadi juara bulu tangkis. Nggak ada ! Kalau anda disuruh taruh uang 1 juta, dalam 3 minggu jadi 3 juta, masuk akal nggak tuh? Nggak mungkin !. Karena hal itu melawan kodrat. 6. MENGAMBIL JALAN TERLALU PANJANG, TERLALU SANTAI Analoginya begini : Pesawat terbang untuk bisa take-off, harus mempunyai kecepatan minimum. Pesawat Boeing 737, untuk dapat take- off, memerlukan kecepatan minimum 300 km/jam. Kalau kecepatan dia cuma 50 km/jam, ya Cuma ngabis-ngabisin avtur aja, muter-muter aja. Lha kalau jalannya, runwaynya lurus anda cuma pakai kecepatan 50 km/jam, ya nggak bisa take-off, malah nyungsep iya. Iya kan ? 7. MENGABAIKAN HAL-HAL YANG KECIL Dia maunya yang besar-besar, yang heboh, tapi yang kecil-kecil nggak dikerjain. Dia lupa bahwa struktur bangunan yang besar, pasti ada komponen yang kecilnya. Maunya yang hebat aja. Mengabaikan hal kecil aja nggak boleh, apalagi mengabaikan orang kecil. 8. TERLALU CEPAT MENYERAH Jangan berhenti kerja pada masa percobaan 3 bulan. Bukan mengawali dengan yang salah yang bikin orang gagal, tetapi berhenti pada tempat yang salah. Mengawali dengan salah bisa diperbaiki, tetapi berhenti di tempat yang salah repot sekali. 9. BAYANG BAYANG MASA LALU Wah puitis sekali, saya suka sekali dengan yang ini. Karena apa ? Kita selalu penuh memori kan ? Apa yang kita lakukan, masuk memori kita, minimal sebagai pertimbangan kita untuk langkah kita berikutnya. Apalagi kalau kita pernah gagal, nggak berani untuk mencoba lagi. Ini bisa balik lagi ke penyakit nomer-3. Kegagalan sebagai akibat bayang-bayang masa lalu yang tidak terselesaikan dengan semestinya. Itu bayang-bayang negatif. Memori kita kadang- kadang sangat membatasi kita untuk maju ke depan. Kita kadang-kadang lupa bahwa hidup itu maju terus. “Waktu” itu maju kan ?. Ada nggak yang punya jam yang jalannya terbalik ?? Nggak ada kan ? Semuanya maju, hidup itu maju. Lari aja ke depan, kalaupun harus jatuh, pasti ke depan kok. Orang yang berhasil, pasti pernah gagal. Itu memori negatif yang menghalangi kesuksesan. 10. MENGHIPNOTIS DIRI DENGAN KESUKSESAN SEMU Biasa disebut Pseudo Success Syndrome. Kita dihipnotis dengan itu. Kita kalau pernah berhasil dengan sukses kecil, terus berhenti, nggak kemana-mana lagi.Sudah puas dengan sukses kecil tersebut. Napoleon pernah menyatakan: “Saat yang paling berbahaya datang bersama dengan kemenangan yang besar”. Itu saat yang paling berbahaya, karena orang lengah, mabuk kemenangan. Jangan terjebak dengan goal-goal hasil yang kecil, karena kita akan menembak sasaran yang besar, goal yang jauh. Jangan berpuas diri, ntar jadi sombong, terus takabur. Sudah saatnya kita memperbaiki kehidupan kita. Kesempatan terbuka lebar untuk siapa saja yang ingin maju. Action may not always bring success, but there is no success without action. “Usaha dan tindakan tidak selalu menghasilkan keberhasilan/sukses, tetapi… Tidak ada keberhasilan dan sukses TANPA usaha dan tindakan.” (Greg Phillips- Benjamin Disraeli) Sumber : Anonymous

AMAL YANG DIDUSTAKAN


Syufayyan Ash Ashbahiy bercerita kepada ‘Uqbah ibn Muslim bahwa ketika memasuki Madinah, dia melihat orang sedang berkerumun mengelilingi Abu Hurairah. Syufayyan pun mendekat, lalu dia duduk di hadapan Abu Hurairah yang sedang menyampaikan hadis kepada jamaah itu. Ketika Abu Hurairah berhenti, Syufayyan memintanya agar dia menyampaikan hadis yang benar-benar dia mengerti dan dia hayati.

Abu Hurairah pun menyanggupi seraya berkata, ”Akan aku sampaikan kepadamu sebuah hadis yang telah disampaikan Rasulullah SAW kepadaku.” Setelah berbicara begitu, tiba-tiba Abu Hurairah menangis tersedu-sedu hingga hampir pingsan. Kemudian dia diam sebentar dan setelah kembali tersadar dia berkata, ”Akan aku sampaikan kepadamu sebuah hadis yang telah disampaikan Rasulullah SAW kepadaku di rumah ini, tidak ada orang lain selain aku dan beliau.”

Tiba-tiba Abu Hurairah menangis lagi tersedu-sedu hingga hampir pingsan. Peristiwa ini terjadi sampai empat kali. Ketika Abu Hurairah kembali sadar akhirnya dia menceritakan bahwa pada hari kiamat nanti, Allah SWT akan turun kepada para hambanya untuk memberikan keputusan kepada mereka. Setiap umat ketika itu berlutut.

Orang yang pertama dipanggil adalah orang alim, orang yang berperang di jalan Allah SWT, dan orang kaya. Allah SWT bertanya kepada orang alim itu, ”Bukankah Aku telah mengajarkan kepadamu kitab yang telah Aku turunkan kepada Rasulku?” Orang itu menjawab, ”Benar, wahai Tuhan.” Allah SWT kembali bertanya, ”Apa saja yang telah engkau kerjakan dengan ilmu yang kau miliki?” Dia menjawab, ”Dengannya aku beribadah kepadamu di malam hari dan siang hari.” Maka, Allah SWT berfirman kepadanya, ”Engkau dusta.” Malaikat juga berkata kepadanya, ”Engkau dusta.” Allah SWT kemudian berfirman, ”Engkau hanya ingin dikatakan bahwa engkau seorang yang alim.”

Kemudian dipanggillah orang kaya. Allah SWT berfirman, ”Engkau telah Aku beri kemurahan sehingga berkecukupan.” Dia menjawab, ”Benar wahai Tuhan.” Allah SWT kemudian bertanya, ”Apa saja yang telah engkau kerjakan dengan hartamu itu?” Dia menjawab, ”Dengannya aku bersilaturahim juga bersedekah.” Maka Allah SWT berfirman, ”Engkau dusta.” Malaikat juga berkata, ”Engkau dusta.” Allah SWT berfirman, ”Engkau hanya ingin dikatakan bahwa engkau orang yang dermawan.”

Kemudian didatangkan orang yang terbunuh dalam perang di jalan Allah SWT. Maka Allah SWT berfirman, ”Apa yang membuatmu terbunuh?” Dia menjawab, ”Telah diperintahkan kepadaku untuk berjihad di jalan-Mu, maka aku berperang sehingga aku terbunuh.” Maka Allah SWT berfirman, ”Engkau dusta.” Malaikat juga berkata kepadanya, ”Engkau dusta.” Allah SWT kemudian berfirman, ”Engkau hanya ingin dikatakan sebagai pemberani.” Kemudian Rasulullah SAW menepuk lututku sambil bersabda, ”Wahai Abu Hurairah, ketiganya itu adalah orang-orang yang pertama sekali merasakan sengatan api neraka pada hari kiamat.” (HR Tirmidzi).

Beribadah siang malam, bersilaturahim dan bersedekah, serta berperang di jalan Allah SWT adalah perbuatan-perbuatan yang baik. Tetapi, tetap saja ketiga hamba yang telah mengamalkannya dimasukkan neraka. Bagaimana itu bisa terjadi? Jawabannya, karena mereka beramal bukan untuk Allah SWT. Mereka hanya mengharapkan pujian dan popularitas.

KH Abdullah Syukri Zarkasyi

[www.republika.co.id]